- Beranda
- Indexs Artikel Fakultas
- Prof.Dr.Ir.Roosseno, Bapak Beton Indonesia
24 Oktober 2013 - 21:10:22 WIB
Prof.Dr.Ir
Roosseno yang lahir pada tanggal 2 Agustus 1908 adalah pelopor
konstruksi beton di Indonesia. Nama Roosseno selalu dikaitkan dengan
rekayasa teknik sipil Indonesia. Dialah penerjemah ulung gambar dan
desain para perancang bangunan ke dalam bentuk dan struktur pada
masanya.
Roosseno
merupakan lulusan dari Technische Hooge School Bandung (sekarang
Institut Teknik Bandung/ITB) yang pada tahun 1932 menjadi satu – satunya
orang Indonesia di antara 12 orang yang lulus dari insitut tersebut.
Ia lulus dengan nilai tertinggi di antara 7 orang Belanda dan 1 orang
Tionghoa. Ia
mengawali karir dengan berwiraswasta di Bandung dengan mendirikan Biro
Insinyur Roosseno dan Soekarno (Presiden pertama RI) di Jalan Banceuy
pada tahun 1933. Meski sebetulnya sama – sama insinyur sipil, Soekarno
lebih pandai dalam merancang bangunan.
Adapun Roosseno, yang dikenal jago berhitung semasa mahasiswa, pandai dalam membangun konstruksinya. Setelah
biro yang mereka dirikan bubar pada tahun 1935 – 1939, Roosseno bekerja
sebagai pegawai Department van Verkeer en Waterstaat (Departemen Jalan
dan Pengairan) di Bandung). Di sini, ia berhasil meyakinkan atasan –
atasannya untuk mengutamakan penggunaan beton dalam pembangunan jembatan
di Indonesia. Alasannya, bahan-bahan dasar beton seperti pasir, batu
pecah, semen dan kayu perancah dapat dibeli di Indonesia sendiri,
sehingga biaya pengadaannya akan masuk ke dalam kantong rakyat dan ikut
mensejahterakan rakyat.Pada
masa penjajahan Jepang, Roosseno beralih menjadi dosen di Bandung
Koogyo Daigaku (perubahan dari THS) hingga awal kemerdekaan. Semasa
masih hidup, ia dikenal bisa menjelaskan ilmu – ilmu yang sulit dengan
cara penyampaian sederhana. Dengan itu, murid – murid diharapkan lebih
terinspirasi lagi, dan semakin cinta mendalami teknik sipil. Pada
masa pendudukan Jepang, tepatnya 1 April 1944, Roosseno diangkat
menjadi guru besar (kyudju) bidang ilmu beton di Bandung Kogyo Daigaku.
Lalu, tanggal 26 Maret 1949 ia diangkat menjadi guru besar luar biasa
ilmu beton di Universiteit Van Indonesi, Faculteit van Technische
Wetenschap di Bandung.
Pada tahun 1948, Rooseno pindah ke Jakarta dan mendirikan Kantor Consulting Engineer. Pada
tahun 1954, Roosseno menulis buku ajar beton pertama dalam bahasa
Indonesia. Kemudian pada tahun 1949, ia mulai memperkenalkan beton
pratekan melalui kuliah – kuliahnya di ITB dan melalui tulisan – tulisan
dalam Majalah Insinyur Indonesia pada tahun 1959. Selain
itu ia pernah tiga kali menjabat menteri diantaranya Menteri Pekerjaan
Umum dan Tenaga, Menteri Perhubungan, dan Menteri Ekonomi. Selama masa
itu ia tetap aktif di pendidikan dan menjadi guru besar ITB dan Fakultas
Teknik Universitas Indonesia (UI) dan juga sebagai Direktur Sekolah
Tinggi Teknik Nasional (STTN) di Jakarta. Nama
Roosseno mulai diperbincangkan pada sekitar 1960, ketika Presiden
Soekarno mulai menyukai bangunan – bangunan besar. Lalu dibangunlah
Hotel Indonesia di Jakarta, Hotel Ambarukmo di Yogyakarta, Samudera
Beach Hotel di Pelabuhan Ratu, dan Bali Beach Hotel di Pantai Sanur,
Bali. Juga Tugu Selamat Datang dan Monumen Nasional. Untuk menyongsong
Asian Games, dibangun kompleks Gelanggang Olahraga Senayan, yang juga
dinamakan Gelora Bung Karno.
Roosseno
adalah salah seorang insinyur yang secara konsisten mengenalkan dan
mengembangkan beton – baik lentur maupun tarik – dalam rekayasa bangunan
di Indonesia. Oleh karena itu, ia dijuluki sebagai Bapak Beton
Indonesia. Roosseno pula lah yang mengusulkan kepada Presiden Sukarno
untuk membentuk Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Kemudian pada 17
Juli 1964 ia ditunjuk menjadi Dekan dari fakultas tersebut. Sebagai
ahli beton bertulang, Rooseno telah banyak menangani berbagai proyek
penting, seperti jembatan, pelabuhan, gedung, dan hotel bertingkat. Di
kalangan perbetonan internasional, Roosseno menjadi anggota
International Association for Bridge and Structural Engineering (IBSE),
Zurich dan Federation International de Precontreinte (FIP).
Di
masa pemerintahan Presiden Soeharto, Roosseno tetap dipercaya untuk
menangani proyek – proyek besar misalnya pemugaran Candi Borobudur dan
penyelesaian Masjid Istiqlal. Ketika Jakarta dilanda demam gedung
tinggi, Roosseno ditunjuk menjadi bagian dalam Tim Penasihat Konstruksi
Bangunan yang dibentuk Gubernur Ali Sadikin pada 1972. Selain
itu Rooseno juga menjadi Direktur di tiga perusahaan yaitu, Biro
Insinyur Exakta NV, Freyssinet Indonesia Ltd dan Biro Oktroi Patent
Roosseno. Pada tahun 1962, Pemerintah RI menganugerahinya Satya Lencana
untuk jasa ikut membangun Kompleks Asian Games Senayan. Penghargaan
lainnya adalah Doctor Honoris Causa untuk ilmu teknik yang diterimanya
dari ITB pada tahun 1977. Pada Juli 1984, Roosseno mendapat Bintang
Mahaputra Utama dari pemerintah yang diberikan langsung oleh Presiden
Soeharto. Predikat
Bapak Beton Indonesia tepat sekali diberikan kepada Roosseno, yang
meninggal pada15 Juni 1996 ini. Ia telah terlibat dalam banyak proyek –
proyek penting di Indonesia. Walaupun ia sudah tiada, namun jasa dan
karya – karyanya akan selalu senantiasa dikenang.
Sumber : http://www.engineeringtown.com