- Beranda
- Indexs Artikel Fakultas
- Lebih Dari 1400 Tahun Yang Lalu, Islam Telah Menerapkan: POAC
24 Oktober 2013 - 21:12:00 WIB
Sebagai Negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, dengan kekayaan alam yang melimpah-ruah, dan memiliki sumber daya manusia yang tidak kalah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di Permukaan bumi ini.
Dibandingkan dengan negara tetangga kita, Singapura misalnya. Negara kecil yang tidak memiliki apa-apa (sumber daya alamnya), tetapi harus diakui negara ini ternyata lebih maju dari kita. Apa rahasianya? Dalam suatu seminar Internasional, mereka mengatakan bahwa; negaranya tidak memiliki apa-apa, satu-satunya yang mereka miliki adalah: tahapan POAC (Planning, Organizing, Action, Controlling).
Planning bearti memilih dan mentukan langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Ini berarti langkah pertama adalah menentukan sasaran yang hendak dicapai, kemudian menyusun urutan langkah-langkah kegiatan untuk mencapainya.
Organizing dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan cara bagaimana mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumber daya kepada para peserta agar dapat mencapai sasaran secara efisien. Hal ini berarti perlunya pengaturan peranan masing-masing anggota.
Action adalah mengarahkan dan mempengaruhi sumber daya dalam organisasi agar mau bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang digariskan. Mengarahkan dan mempengaruhi, ini erat hubungannya dengan motivasi, pelatihan, koordinasi dan konsultasi.
Controlling adalah menuntun, dalam arti memantau, mengkaji, dan bila perlu mengadakan koreksi agar hasil kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan. Bila terjadi penyimpangan, maka segera dilakukan pembetulan. Dengan demikian, pengendalian merupakan salah satu upaya untuk menyakinkan bahwa arus kegiatan bergerak ke arah sasaran yang diinginkan.
Pada masa-masa sebelum Rasulullah seperti yang digambarkan oleh Dr.H.Agus Usmansyah Suryasoemirat, umat seorang nabi atau rasul perlu adanya pijakan keyakinan dalam bentuk penampilan mu’jizat fisik oleh nabinya, antara lain misalnya: nabinya bisa menyembuhkan orang sakit secara serta merta (instan), menghidupakan orang mati, berjalan di atas air, memberi makan orang banyak dengan bekal yang sedikit, membuat orang lumpuh bisa berjalan, meyembuhkan penyakit kusta dan sebagainya.
Sejak awal kenabiannya Rasullulah senantiasa menekankan kepada para sahabat dan pengikutnya untuk senantiasa menggunakan akal sehat (”ratio”) dan logika (runtutan sebab akibat) pada setiap menghadapi satu atau lebih permasalahan (misalnya untuk mengobati orang sakit harus berobat kepada ahlinya, ditekankan bahwa penyelenggaraan atau penatalaksanaan segala sesuatu akan lebih baik oleh ahlinya, dan akan menjadi tidak baik bila ditangani oleh bukan ahlinya).
Jadi, sejak awal Islam (ajaran Rasulullah) mendidik para pemeluknya, baik yang hidup dimasa hidupnya Rasulullah maupun para pengikutnya yang kemudian, untuk senantiasa menggunakan fikiran dan akal sehat yang bisa diterima runtutan kejadian sebab akibatnya.
Diawal-awal kenabiannya, dalam sabda-sabdanya Rasulullah senantiasa mengutamakan sistematika yang benar kepada para pengikutnya untuk melaksanakan sesuatu. Contoh sederhana adalah sebagai berikut: orang Badui mau sholat, maka penata-laksanaannya (”manajemen”-nya) adalah, sebagai berikut ini.
Niat untuk sholat, dalam benaknya sudah ada rencana atau ”planning” untuk sholat, artinya ia sudah hafal atau harus tahu kebersihan tubuhnya (apa sholat subuh, dzuhur, ashar, magrib, atau ’isya’) keamanan keluarganya, atau dirinya atau hartanya selama dia tinggalkan untuk sholat, dan sebagainya. Niat ini kini namanya ”project proposal” dan ”fesibility study” yang harus sudah ada walau baru dalam benak saja dan, secara keseluruhan ini merupakan ”Business Plon” atau jalan-jalannya orang badui tersebut untuk menunaikan sholat, termasuk memikirkan ada tidaknya air, wudhu atau tayamum.
Setelah ada niat, barulah orang badui itu menertibkan urutan-urutan yang akan dilaksanakan, ini namanya dia mengorganisasikan niatnya sekalipun hanya sendirian. Maka dengan mengucap ”Bismillahirahmannirrahim” mulailah dia membersihkan dirinya (wudhu atau tayamum), mengetahui arah kiblatnya dan meyakinkan kebersihan tempatnya, serta memang sudah masuk waktu sholat. Ini yang kita kenal dengan pengorganisasian.
Kemudian bersiaplah dia menegakkan sholat secara baik, benar dan tertib, mulai dari takbiratul ihram hingga salam. Dia sudah harus mengetahui rukun-rukun dan syarat-syarat sejak disusun ”Business plan”-nya sesudah sholat itu. Jadi dia harus sadar dan mengetahui apa yang seharusnya dia laksanakan dalam sholat (bacaannya, jumlah ra’kaatnya, dan seterusnya). Ini yang disebut dengan ”activation” atau ”action”.
Setelah salam, dia berdzikir sejenak dan bertafakur apakah sholatnya sudah benar dan setelah sholat semua dzikir dan doa sudah dipanjatkan. Jadi selama ”activition” atau ”action” tadi sudah ada ”controlling” khusyu tidaknya sholat tersebut, juga baik, benar dan tertibnya sholatnya tersebut.
Indonesia dengan segala potensi yang dimilikinya termasuk jumlah penduduk yang lebih dari 90 persen adalah Islam, sebenarnya merupakan raksasa yang sedang tidur. Islam sudah duluan mengajarkan kesemuaan tahapan ini kepada semua umatnya tentang manajemen modern: POAC, lebih dari 1400 tahun yang lalu, ketika penduduk Eropa masih bercawat tanpa penutup dada (bagi wanitanya).
Rasulullah bersabda; dalam salah satu hadisnya, ada sekitar 600.000 hadis Rasulullah ”Ucapkanlah Bismillah sebelum kamu mengerjakan sesuatu yang menurutmu dan umatmu baik”. Ini langkah pertama dari manajemen yang dan semestinya. ***